Setelah sejarah pertemuan finalis EURO 2012 pada tulisan
sebelumnya sekarang saya mau mencoba membedah kekuatan dari ke dua tim
tersebut, itung-itung belajar jadi komentator…hehehe….
Spanyol pada Piala Eropa kali ini agak berbeda, ketajaman
strikernya berkurang, pada Piala Eropa 2008 yang lalu sampai babak semifinal para
jugador Spayol sudah mencetak 11 gol sementara Piala Eropa 2012 ini sejauh ini
baru mencetak 8 gol, masih kalah dari Jerman yang sanggup mencetak 10 gol walau
sudah gugur dikalahkan Italia di semifinal. Penurunan ini bisa jadi karena
tidak striker murni yang memiliki ketajaman seperti yang diperlihatkan David
Villa pada Piala Eropa sebelumnya, sayangnya Villa terpaksa absen karena cedera
dan tidak ikut andil dalam Piala Eropa 2012 ini.
Dari 4 Striker murni yang dibawa sang manajer Vicente del
Bosque yaitu Pedro Rodríguez, Fernando Torres, Álvaro Negredo dan Fernando
Llorente, 3 pemain sudah diturunkan. Torres turun sebagai starter ketika
menghadapi Republik Irlandia dan Kroasia dan mampu mencetak 2 gol yang
dibukukan saat melawan Republik Irlandia, Torres juga turun pada laga pertama
melawan Italia dan pada saat melawan Perancis dimana keduanya menggantikan
Fabregas. Negredo turun sebagai starter pada pertandingan perempatfinal melawan
Portugal dan turun sebagai pemain pengganti pada saat melawan Kroasia, sementara
Pedro menggantikan David Silva pada laga melawan Perancis dan pada laga melawan
Portugal turun menggantikan Xavi. Sementara Llorente sejauh ini belum pernah
diturunkan baik sebagai starter maupun pemain pengganti.
Terlihat Del Bosque cukup kebingungan menetapkan
pemain-pemain yang menjadi target man, bahkan
sampai pertandingan semifinal kemarin mereka tidak pernah bermain penuh dengan
striker murni. Sejauh ini mereka memang memiliki penguasaan bola tertinggi
diantara tim-tim lainnya, namun tanpa striker murni itu semua kurang memiliki
arti bahkan bisa jadi membosankan sama ketika mereka melawan Kroasia dan
Portugal. Mereka bermain mengesankan ketika melawan Republik Irlandia, itupun
sebelum Torres akhirnya ditarik keluar menit ke 74 dan pada saat menghadapi
Perancis itupun pada babak kedua yang uniknya ketika Torres masuk pada menit ke
64.
Torres mungkin tidak sedang dalam top form-nya, tapi rasanya saat ini Spanyol membutuhkan striker
murni dalam line-up nya bukan hanya untuk mengkonversi permain tiki-taka
menjadi gol tapi juga pengalih perhatian barisan belakang Italia agar
kreatifitas pemain tengah Spanyol yang kualitasnya diatas rata-rata dapat lebih
berkembang dan mungkin saja menjadi goal
getter karena barisan belakang Italia terfokus menjaga Torres.
Untuk pemain tengah dan belakang Spanyol tidak perlu
diragukan lagi, sejauh ini setelah gol Di Natale gawang Iker Cassilas tercatat
tidak pernah kebobolan lagi, ini menandakan sejauh ini pemain belakang Spanyol
mampu meredam serangan lawan yang dihadapi, hanya eksplosifitas, agresifitas dan kecepatan sayap pemain-pemain Portugal yang mampu meredam penguasaan bola dan memberikan tekanan ke jantung pertahanan
Spanyol. Christiano Ronaldo, Nani dan Hugo Almeida paling tidak beberapa kali
mengancam gawang Cassilas. Namun tangguhnya barisan belakang Spanyol yang
digalang Cassilas mampu menghindari mereka dari kebobolan.
Sementara pemain tengah Spanyol menurut saya yang paling
lengkap dalam Piala Eropa ini, penguasaan bola yang selalu diatas 50% menjadi
salah satu bukti. Kemampuan mereka memainkan bola dari kaki ke kaki, akurasi
umpan serta pergerakan pemain mereka terlihat mulus. Passing-passing yang dilakukan Xavi Hernandez, Xabi Alonso dan
Anders Iniesta mampu membongkar pertahanan setiap lawan yang dihadapi, hanya
saja tumpulnya penyerang Spanyol menjadi catatan sendiri yang membuat hal
tersebut tidak berbuah gol-gol. Bahkan pemain bertahan semisal Ramos dan
Arbeloa juga masuk daftar pemain yang melepaskan umpan terbanyak namun tetap saja hal tersebut hambar jika minim gol yang tercipta.
Sekarang kita menyeberang ke Italia, kekuatan Italia dalam
Piala Eropa ini semakin hari semakin kuat saja. Ditengah problem yang tengah
dihadapi asosiasi persepakbolaan yang tengah dihadapi mereka tetap mampu
menampilkan permainan terbaik dan tidak mempengaruhi permainan mereka, ciri
profesionalitas yang dijunjung tinggi pemain.
Sempat kesulitan dalam 2 pertandingan awal dimana mereka
hanya mendapatkan hasil imbang 1-1 melawan Spanyol dan Kroasia, akhirnya mereka
memastikan lolos setelah mengalahkan Republik Irlandia 2-0 lewat gol Cassano
dan Balotelli, pemain terakhir juga menjadi penentu kemenangan Italia atas
Jerman dengan 2 golnya.
Italia konsisten memainkan 2 striker utama di depan,
Balotelli dan Cassano menjadi pilihan utama sebagai starter hanya sekali Italia
tidak menurunkan duet tersebut, yaitu pada pertandingan melawan Republik
Irlandia dimana duet yang diturunkan adalah Cassano dan Di Natale. Dari 6 gol
Italia 5 diantaranya dicetak oleh penyerang-penyerang mereka, Di Natale
menyumbangkan gol saat turun menggantikan Balotelli melawan Spanyol, hal ini
dibalas Balotelli saat menggantikan Di Natale pada laga melawan Republik
Irlandia plus 2 gol melawan Jerman, dan satu gol lagi dicetak Cassano. Terlihat
kemampuan penyerang-penyerang Italia dalam memproduksi gol menjadi ancaman
tersendiri bagi pertahanan Spanyol, kekalahan Jerman yang notabene tim yang
belum terkalahkan sebelumnya menjadi sinyal bahaya buat Spanyol bahwa secara
kualitas Italia tidak berbeda jauh dengan Spanyol.
Italia mulai menemukan formnya ketika Cesare Prandelli
menggunakan formasi 4-1-3-2 (offensive) yang digunakan mulai dari pertandingan
menghadapi Republik Irlandia. 4 Pemain bertahan yang tidak berdiri sejajar
diisi Abate, Barzagli, Bonucci, Balzaretti mampu menampilkan kesolidan
pertahanan. Keempat pemain bertahan tersebut sejauh ini mampu memainkan
peranannya sebagai tembok di jantung pertahanan Italia. Bonucci yang berusia 25 tahun tidak kikuk berduet dengan sejawatnya Barzagli yang sama-sama bermain di
Juventus.
Pada 2 pertandingan awal Bonucci dipasangkan dengan De Rossi dan
Chiellini dengan formasi 3 pemain belakang dan ini terlihat tidak setangguh
ketika menggunakan 4 pemain bertahan. Di tiga laga terakhir Italia menggunakan
kombinasi Abate, Barzagli, Bonucci, Balzaretti dan Chiellini, hanya sekali
Christian Maggio turun sebagai pemain pengganti itupun di injury time. Dengan ketangguhan yang sudah terbukti di tiga
pertandingan terakhir rasanya Cesare Prandelli kembali menurunkan kombinasi
pertahanan diatara kelima pemain tersebut.
Maju ke tengah, kunci permainan Italia tidak bisa dipungkiri
salah satunya adalah Adrea Pirlo. Pemain yang memiliki caps terbanyak kedua di tim saat ini setelah Buffon merupakan otak
serangan Italia, dengan akurasi umpan dan efektifitas pergerakan plus memiliki
tendangan bebas yang mumpuni wajar Pirlo menjadi andalan di lini tengah Italia.
Pirlo merupakan satu-satunya pemain yang mencetak gol diluar penyerang memiliki visi
permainan yang bagus dan sangat fasih memainkan peran deep playmaker yang belakangan ini jadi trend di beberapa klub
sepakbola maupun tim nasional. Pirlo merupakan pemain yang selalu dimainkan dan
tidak pernah digantikan sepanjang 5 laga yang sudah dilewati Italia pada Piala
Eropa ini, hal ini menggambarkan kebutuhan Italia pada sosok Pirlo walau sudah
memasuki usia 34 yang secara fisik dan kecepatan sudah menurun.
Ditengah Italia juga memiliki De Rossi, nah bukannya tadi
dia diomongin juga pas bagian lini belakang?? Yup, inilah yang jadi kelebihan
De Rossi, dia mampu ditempatkan baik itu menjadi pemain bertahan maupun di lini
tengah. Seperti Pirlo, De Rossi juga pemain yang selalu dimainkan dan tidak
pernah digantikan. Setelah pada 2 pertandingan awal dia dimainkan sebagai
pemain bertahan kemudian dia dikembalikan ke lini tengah dimana dia sering
dimainkan mulai dari pertandingan terakhir grup sampai semifinal. Bermain
bersama Motta atau Montolivo dan Marchisio lini tengah Italia terlihat kompak.
Jika Italia mampu menjaga keseimbangan dan bermain lebih dinamis sangat mungkin
mereka dapat mengalahkan Spanyol mengingat mereka memiliki penyerang-penyerang
eksplosif yang siap menuntaskan peluang yang dikreasi lini tengah.
So, saya rasa pertandingan ini akan menarik jika Italia mau
bermain terbuka dan tampil lebih agresif. Mengharapkan hasil seri dan
pertadingan harus dituntaskan melalui adu pinalti tentunya sangat riskan,
mengingat Spanyol memiliki penjaga gawang yang sama baiknya dengan Italia. Dari
kesiapan penendang-penendang pinalti saya rasa keduanya lebih siap mengingat
keduanya sudah melewati drama adu pinalti sebelumnya.
Jika saja Del Bosque mau
menurunkan striker murni sejak awal dan Cesare Prandelli mau menginstruksikan
anak asuhnya bermain lebih terbuka dan agresif tentunya kita akan disuguhkan
pertandingan penutup Piala Eropa yang enak ditonton dan tidak membosankan. Kita
tunggu saja…Enjoy THE FINAL..!!
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar