18 Oktober, 35 tahun
yang lalu seorang bayi laki-laki dilahirkan dari sebuah keluarga batak, dia
merupakan anak pertama di keluarga. Kelak bayi mungil tersebut diberi nama Hary
Oktavianis Sinaga.
Harapan keluarga tersandar padanya, menjadi contoh bagi adik-adiknya
kelak, memberikan manfaat pada sesamanya, berbakti pada kedua orangtuanya, dan
bertakwa pada Tuhannya, harapan lainnya adalah kelak memiliki keluarga sendiri
yang dapat menambah kebahagiaan hidupnya.
Well, begitulah kira-kira harapan
setiap orangtua ketika seorang anggota keluarga baru hadir dalam hidup mereka,
satu-dua harapan lain bisa saja terselip diluar harapan diatas, tapi itu sudah
jadi standar umum. Pun begitu ketika anak tersebut merayakan hari jadinya mulai
dari kecil hingga dewasa bahkan hingga kehidupannya senja menjelang, teman,
sahabat, keluarga, relasi, tetangga datang dengan doa dan harapan yang kurang
lebih sama.
Bagaimana dengan anak itu sendiri, justru disaat demikian adalah
waktu yang baik dimanfaatkan untuk merenung, menengok kembali apa yang sudah
dilakukan selama ini, merefleksikan diri atas perjalanan yang sudah ditempuh,
dan berkaca pada diri atas pencapaian yang sudah diraih, adakah doa dan harapan
orangtua mulai dari waktu kelahiran dan setiap hari kelahirannya dikenang sudah
terwujud saat ini?
Tidak mudah menjawabnya, sebagian mungkin terlihat secara
kasat mata, namun ada bagian-bagian lain yang tidak mudah dilihat begitu saja.
Bagaimana ia tahu bahwa dia sudah menjadi contoh dan teladan bagi adik-adiknya,
bagaimana ia tahu bahwa ia telah mendatangkan manfaat bagi orang-orang
disekitarnya, atau bahkan apakah ia sudah menjadi anak yang berbakti pada
orangtuanya?
Begitupun bicara kebahagiaan, apakah dia sudah benar-benar bahagia
dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang? Setiap orang diluar dirinya berhak
menilai, namun jawabannya perlu dikembalikan pada anak tersebut. Tidak sekali
dua kali mungkin dia telah melukai hati orangtuanya, atau bahkan keluarganya,
seberapa sering ia berperilaku buruk sehingga tidak pantas menjadi teladan atau
contoh bagi adik-adiknya, heemmmmm.....kalo sudah seperti ini sepertinya apa
yang selalu didoakan tersebut masih jauh dari dikatakan terwujud.
Waktu-waktu
seperti ini selalu mengembalikan kenangan-kenangan bagiku ke masa lampau,
sungguh banyak sekali sikap dan perilaku yang mungkin sudah membuat keluarga
kecewa, atau terlalu sering melakukan tindakan yang menorehkan luka pada teman
dan sahabat terdekat, jika sudah seperti ini justru saat ini saya lebih sering
sujud memohon ampun pada Allah Yang Maha Kuasa, berharap keridhoan dan
ampunanNYA, berharap belas kasihNYA seraya bersyukur atas kesempatan yang
datang untuk memperbaiki diri.
Sungguh terlalu banyak nikmat yang sudah DIA
karuniakan dalam hidup ini, dan apa imbalannya? apa yang sudah saya lakukan
bagiNYA? jangankan berbuat banyak bagi DIA, melakukan sesuatu bagi sesama dan
membahagiakan orangtua saja masih luput saya lakukan. Ya Allah, saat ini hamba
datang memohon ampunanMU, buat hamba menjadi umat yang selalu mengingat akan
Engkau, bertakwa kepadaMU, mencintaiMU, mengasihiMU, menyayangiMU tidak hanya
dengan mulut tapi dalam setiap tindak laku hamba, karena hamba yakin jika hamba
bisa melakukannya doa-doa yang dipanjatkan orangtua, keluarga, sahabat, teman
akan terjawab dengan sendirinya, menjadi manusia yang mendatangkan manfaat bagi
sesama dan memberikan kebahagiaan bagi orangtua dan keluarga.
Teringat sebuah ungkapan,
“Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup
cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi
manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif
terhadap kehidupan.”
Like this..
BalasHapusHappy milad Bro..
Barokallohu fii umurik
Thanks brader....doa yang sama untuk ente ya ;)
BalasHapusmantapppppp
BalasHapusHBD yaa..traktirrrrrrrrrrrr
Eka Kurniawan
Ex. Internal Audit Adira Insurance :D
hahaha.....thanks Ka, better late then never :D
BalasHapustraktirannya di nanti aja bareng Celebes :D
Better late then never jg nih gan....
BalasHapusHepi milad ya, moga sukses selalu (from Banten)