Sesaat
sebuah memori muncul ke permukaan, sebuah memori duka 2 tahun lalu tepatnya 22
Oktober 2009 lalu. Memori tentang perjuangan seorang anak yatim melawan penyakit
yang belakangan diketahui sudah diderita sejak ia lahir. Dialah Hendrik, seorang
anak sekaligus pahlawan tidak saja bagi keluarganya tapi juga bagi teman-teman,
sahabat, dan kakak-kakaknya di ANANDA.
Bagi
keluarganya, dia adalah tulang punggung keluarga, disela-sela kegiatan sekolah
dia masih sempat berjualan kantong kresek dan menarik gerobak sampah demi
membantu ibunya membiayai hidup keluarga, namun hal itu tidak mengurangi
waktunya untuk setia mengasuh adik-adiknya, benar-benar sosok yang bisa dibanggakan
dan diteladani dalam keluarga.
Bagi
teman, sahabat, kakak, dan adiknya di ANANDA dia hadir sebagai sosok yang hangat
dan rendah hati, bukan hanya di keluarga, tapi di ANANDA pun dia sanggup
menjadi teladan bagi adik-adiknya sekaligus membagi kasih dan sayangnya, sekali
lagi dia menjadi sosok pemimpin yang dihormati tidak saja bagi teman dan
adik-adiknya di ANANDA namun bagu kakak-kakak yang mengasuhnya di ANANDA sebuah
komunitas yang dikembangkan bagi anak-anak yatim di daerah ciledug.
Yang
luar biasa, semua itu dia lakukan tanpa mengeluh, dia menjalani peran tersebut
dengan tulus, ikhlas dan rendah hati. Ditengah penderitaan yang dirasakan,
dengan klep jantung yang tidak sempurna dia tetap bisa melakukan semua peran
itu dengan penuh semangat, tak tersirat wajah lelah dan letih, raut kecemasan
bahkan tidak terdengar keluhan keluar dari bibirnya. Andai saja peimimpin
Negara ini memiliki figur seperti dia, seandainya saja….
Mungkin
karena dia terlahir persis di hari ulang tahun kemerdekaan republik ini seakan
dia dianugerahi sifat pantang menyerah dan kepahlawanan, jiwa yang rendah hati yang
idealnya dimiliki seorang pemimpin, semangat untuk melayani dalam keihklasan
dan ketulusan yang seharusnya ada dalam diri para pemimpin negri ini, ya sekali
lagi seandainya saja pemimpin negri ini seperti itu adanya…
Takdir
menentukan lain, asa yang tersemat pada dirinya agar dia senantiasa menjadi
pemimpin dan pelindung keluarga, membiayai kehidupan keluarga kelak bila dia
dewasa tak terwujud seperti yang
diharapkan, setelah berjuang lebih dari 2 bulan melewati serangkaian anfal,
rawat inap dan serangkaian tindakan medis harus dijalani, terutama satu minggu
berada di ruang ICU di rumah sakit kami harus ikhlas melepasnya kembali ke
sisiNYA. Sebuah kehilangan bagi keluarga dan adih-adik di ANANDA serta kami
kakak-kakaknya ya telah Allah perkenankan sejenak mengenal figur yang hangat,
rendah hati, teguh pada keyakinan, pemimpin yang bijak, melampaui keterbatasan
yang dia hadapi, benar-benar figur yang dikagumi keluarga, sahabat, adik-adik
dan kakak-kakak-kakaknya. Allah sangat sayang padanya, itu saja yang kami
pahami….
Terima
kasih ya Allah, yang telah mempertemukan kami dan memberikan kami anugerah
dalam sosok figur yang hangat, sabar, penyayang, sederhana, tangguh dan rendah
hati. Syukur kami ya Allah atas kesempatan yang Engkau berikan kepada kami
untuk mengenal dan menyayangi dia, belajar tentang kehidupan darinya dan
melihat pada diri ini akan besarnya limpahan rahmatMU atas diri kami.
Beristirahatlah
dengan tenang dik….kami disini akan selalu mengenangmu
In loving
memory of Hendrik Tri Susilo (17 Agustus 1993 – 22 Oktober 2009)
What a boy...!!:x
BalasHapus